Seputar Bona Pasogit Samosir

Kawasan Danau Toba, Samosir


Bantu Tekan Subscribe 🙏

SAMOSIR

Pulau Samosir Hampir Tinggal Samosir Saja

SEPUTAR BONA PASOGIT SAMOSIR
Kamis 28 2016, 16:05 WIB
Last Updated 2016-07-28T09:05:14Z
Foto terusan Tano Ponggol Kabupaten Samosir, hampir mengalami kekeringan, Kamis (28/07/2016).

Samosir, Bona Pasogit

Daratan pulau Samosir yang dikelilingi oleh Danau Toba yang disebut Danau terbesar didunia, kini hampir tinggal Samosir saja. Hal itu dikarenakan Tano Ponggol yang merupakan satu-satunya  penghubung pulo Samosir dengan Sumatera utara, airnya hampir kering.

Menurut pengakuan salah satu warga Samosir yang sering melintas dari Jembatan Tano Ponggol Hendro Sihaloho, SH, kepada wartawan, Kamis (28/07/2016) mengatakan, kondisi Tano Ponggol yang hampir mengalami kekeringan itu, dikarenakan kemarau panjang yang sudah berlangsung kurang lebih tiga bulan lamanya di Samosir.

"Ya, Tano Ponggol hampir mengalami kekeringan, hal itu akibat kemarau yang berkepanjangan yang terjadi di Samosir. Saya berharap pemerintah daerah memperhatikan Tano Ponggol dan melakukan tindakan seperti pengerukan," ujar Hendro.

Ditambahkannya, mumpung kondisi Tano Ponggol seperti saat ini, akan lebih mudah dilakukan pengerukan dan pembersihan sampah-sampah disepanjang perairan Tano Ponggol.

"Saya melihat, pemerintah Kabupaten terkesan tidak memperhatikan kondisi Tano Ponggol saat ini. Mumpung kondisinya seperti ini, akan lebih mudah melakukan pengerukan dan pembersihan sampah-sampah yang ada didalamnya," pungkas Hendro Sihaloho.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Samosir Dosi Raja Simarmata, SH saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (28/07) untuk menanggapi hal itu, Dosi Raja mengatakan, akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melakukan pengerukan perairan Tano Ponggol.

Adapun sejarah singkat Tano Ponggol sebagaimana dikutip dari gobatak.com, Tano Ponggol dalam bahasa asli lokal disebut Tano Magotap, adalah pemisah Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera yang terletak sebelah Barat Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

Sebutan Tano Ponggol/Tano Magotap dilatarbelakangi sejarahnya,  dimana sebelum masa penjajahan Hindia Belanda, Pulau Samosir menyatu dengan Sumatera, dan pada masanya belum ada kata pulau tetapi hanya Samosir.

Sekitar Tahun 1900-an, waktu itu Indonesia masih dijajah Belanda termasuk Samosir, dan pada saat itu yang berkuasa di Pemerintahan Hindia Belanda adalah Ratu Willhelmina (pengakuan orang tua dulu yang ikut kerja paksa menggali Tano Ponggol).

Sekitar 1905 Pemerintah Hindia Belanda memerintahkan tentaranya yang ada di Sumatera Utara, untuk melakukan kerja paksa menggali tanah sepanjang 1,5 km dari ujung lokasi Tajur sampai dengan Sitanggang Bau. Kerja paksa atau rodi (istilah lokal) sangat menyedihkan. Dimana saat itu, para pekerja tidak digaji, diancam dengan senjata api, serta dijaga secara ketat.

Kurang lebih 3 tahun rodi, Danau Toba sebelah Utara dan sebelah Selatan akhirnya tersambung dan tidak ada lagi daratan yang menghubungkan Samosir dengan Sumatera. Maka muncullah kata sebutan baru. Yang pertama sebagai hasil kerja rodi disebut Tano Ponggol. Dan yang kedua, Samosir menjadi Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba, dihubungkan jembatan dengan pulau Sumatera dinamakan Jembatan Tano Ponggol.

Dan dalam sebuah tulisan di pusukbuhit.com, dikatakan bahwa Tano Ponggol diresmikan pada tahun 1913 oleh Kerajaan Belanda oleh Ratu Willhelmina, dan Tano Ponggol disebut Terusan Willhelmina.

Demikian pengakuan kakek dari penulis tulisan tersebut, yang ikut dalam kerja rodi pada saat itu. Namun demikian, kebenarannya masih perlu ditelusuri lebih dalam lagi.

Sejak kemerdekaan hingga tahun 1980-an, Tano Ponggol adalah tempat yang popular sebagai tempat transit perdagangan hasil bumi dari Samosir seperti bawang, kacang (hasil utama saat itu) dengan tujuan kota dagang kecil yaitu Haranggaol setiap hari Senin, dan Tigaras setiap hari Jumat dengan kendaraan danau (seperti kapal/solu-solu penumpang Tomok – Ajibata sekarang). Lalu lalangnya kapal melalui Tano Ponggol juga dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk berdagang Jagung Bakar.

Tidak dijelaskan apa yang menjadi latarbelakang pengerjaan Tano Ponggol saat itu. Namun salah satu kemungkinan yang dapat kita pikirkan, alasan penggalian kanal Tano Ponggol akan mirip dengan alasan pembangunan terusan Suez atau terusan Panama. (Helbos)



Posted By Helbos Sitanggang

TRENDING TOPIKMore