Informasi Lainnya :
Survey ini dilakukan sebagai upaya percepatan penanggulangan yang akan dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Samosir kedepan.
Tim penyidik bumi PVMBG yang dipimpin Kibar Muhammad Suryadana turun langsung melakukan peninjauan sekaligus melakukan kajian dan penelitian untuk memastikan penyebab terjadinya bencana longsor atau pergeseran tanah yang menyebabkan retakan terhadap beberapa rumah dan perladangan warga.
Hasil survey ini akan menjadi dasar bagi pemerintah Kabupaten Samosir untuk melakukan tindak lanjut penanganan infrastruktur yang rusak.
Kibar Muhammad Suryadana menjelaskan, pergerakan tanah juga pernah terjadi didaerah lain, dan gerakan tanah di Desa Parlondut merupakan tipe lambat atau rayapan.
Menurutnya, hal itu biasa terjadi akibat litelogi batuan hasil produk erupsi gunung api yang ada didaerah tersebut.
Lanjutnya, bisa juga diakibatkan kondisi morfologi, yaitu daerah yang berada pada cekungan atau lembah yang dapat menjadi segmen area pergerakan tanah, dimana setiap ada curah hujan yang tinggi air akan berlimpah dan basah sehingga mengakibatkan adanya pergeseran tanah.
Menurut Kibar, pergeseran tanah di Desa Parlondut dipicu oleh curah hujan yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan gerakan tanah yang besar.
Informasi Lainnya :
Tim PVMBG bersama Asisten II, Hotraja Sitanggang, dan Kalaksa BPBD, Sarimpol Simanihuruk melakukan survey permukaan tanah dan pengambilan foto udara dengan metode fotogrametrik, selanjutnya akan dilakukan pemetaan.
Secara akurat, hasilnya akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Samosir sebagai dasar tindak lanjut penanganan daerah tersebut.
Dijelaskan, hitungan sementara ada 10-12 hektar tanah yang berpotensi mengalami gerakan tanah kembali.
"Hasil kajian tersebut akan kita buat dalam peta laporan situasi gerakan tanah yang berisi rekomendasi yang selanjutnya menjadi dasar Pemerintah Kabupaten Samosir dalam penanganan kedepan," kata Kibar.
Lebih lanjut, Kibar menyebut bahwa area yang sudah terdampak saat ini baik infrastruktur jalan dan rumah penduduk baiknya direlokasi karena besar kemungkinan gerakan tanah akan tetap terjadi dan terulang.
Pun begitu, masih cocok untuk lahan pertanian dengan jenis tanaman keras, bukan tanaman basah seperti persawahan yang akan dapat mendukung pergerakan tanah yang lebih cepat.
Informasi Lainnya :
"Lahan pertanian masih bisa di usaha i masyarakat, namun ada baiknya dengan menanam tanaman keras untuk memperlambat gerakan tanah," jelas Kibar.
Sembari menunggu rekomendasi dari tim ahli, Asisten II, Hotraja Sitanggang mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, serta mengutamakan keselamatan, mencari tempat yang relatif aman, dan tidak menghuni rumah yang saat ini sudah retak. (H. Rey)