Op. Rendi dan Mak. Doling saat melakukan Proses pengolaan Pandan hingga dapat dianyamkan.
Samosir, Bona Pasogit
Aktivitas menganyam Tikar, Bakul, dari Pandan oleh Nenek moyang orang Batak di Samosir sejak Ratusan tahun lalu, hingga kini masih dilestarikan oleh warga Desa Siambalo Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Salah satunya Op. Rendi Simanjorang (68) dan Mak. Doling Simanjorang (24). Hal itu diutarakan mereka kepada Kupas Tuntas, Kamis (11/6). Dimana menurut mereka, anyaman Tikar berbahan Pandan adalah sumber materi dan baik bagi Bumi, jika terus dikembangkan.
"Dulu anyaman Tikar dari Pandan khusus dibuat untuk kepentingan para Raja, sebagai alas tidur dan duduk. Namun seiring berjalannya waktu, kini anyaman Tikar dari Pandan sudah digunakan semua orang yang dapat dibeli dengan harga yang relatif murah, Ratusan Ribu Rupiah. Dan anyaman itu tidak akan pernah hilang, sebab ada jenis anyaman yang dinamai "Lage-Lage Tiar" yang diperuntukkan saat pesta adat pernikahan, sebagai tempat duduk mempelai", kata Op. Rendi.
Mak. Doling juga mengatakan, anyaman Tikar dari Pandan selain dari sumber mata pencaharian, jika anyaman itu dikembangkan, besar dampak positifnya bagi kelestarian alam dan kelangsungan Bumi. Karena bahannya organik, jika rusak tidak akan menjadi sampah bagi lingkungan. Dan yang menarik lagi dari anyaman ini, jauh lebih enak digunakan jadi alas tidur dan duduk, dari pada tikar masa sekarang yang terbuat dari bahan plastik.
"Walau pengolaan Pandan hingga dapat dianyam butuh proses yang lama dan butuh kesabaran, namun warga Siambalo hingga saat ini tetap mempertahankan aktivitas menganyam. Warga Siambalopun kini telah menanam Pandan dan merawatnya layak seperti tanaman lainnya. Tentu, hal itu juga bagian dari upaya pelestarian lingkungan hijau dan patut diperhatikan pemerintah", ujar Mak. Doling. ( Helbos)