Seputar Bona Pasogit Samosir

Kawasan Danau Toba, Samosir


Bantu Tekan Subscribe 🙏

SAMOSIR

Potret Desa Harapohan Dan Lumban Suhi - Suhi Dolok

SEPUTAR BONA PASOGIT SAMOSIR
Kamis 25 2016, 17:58 WIB
Last Updated 2016-02-25T10:58:25Z

Inilah potret Desa Harapohan dan Desa Lumban Suhi - Suhi Dolok, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir yang saya abadikan lewat kamera Ponsel android saya sepulang menghadiri acara Adat di Huta Binumbun Desa Harapohan, Kamis (25/02/2016).

Secara tidak sengaja sambil mengendarai sepeda motor, saya menoleh ke kiri dan ke kanan dan sejenak tanpa sadar, hati kecilku berkata "Seandainya saya tinggal di Desa ini, apakah aku sanggup bertahan hidup dan bagaimana perasaan saudara/i ku yang tinggal disini apakah mereka pernah mengeluhkan hal yang sama".

Disana saya melihat sawah yang ditanami Padi. Namun apa yang terlintas dibenak ku, tidak akan kulewatkan apa yang saya saksikan langsung dengan mata kepalaku sendiri. Dengan cepat saya mengeluarkan Ponsel android saya dan mengabadikannya lewat Foto.

Padi yang saya abadikan lewat foto bisa saudara lihat sendiri hasilnya. Padi di sawah ibarat manusia yang "Hidup segan, mati tak mau". Walau hujan turun mengguyur Pulau Samosir setiap hari, Padi di sawah sudah tidak akan berbuah alias tidak aka mengubah atau menghasilkan apapun lagi. Yang pasti dalam benakku "Saudara - saudara kita yang tinggal disana hanya menaruh harapan yang tidak pasti". Semua itu karena memang pertanian di Kabupaten Samosir masih bergantung pada iklim dan masih minimnya irigasi.

Foto berikutnya yang tidak saya lewatkan yaitu Foto sebuah Rumah kecil yang jika dilihat dari konstruksi nya tidak layak fungsi. Namun apakah saudara tahu bangunan tersebut difungsikan sebagai apa?.

Ya, lewat foto yang saya tampilkan saudara sekalian tentu akan tahu sendiri difungsikan untuk apa rumah kecil itu yang ukuran nya jika tidak salah lihat hanya berukuran, Panjang 6 meter dan Lebar 5 meter.

Walau demikian saya akan kasih tahu sedikit penjelasan kepada saudara sekalian, rumah itu ternyata difungsikan sebagai kantor Polindes Desa Lumban Suhi Dolok. Disudut atas sebelah kanan rumah kecil itu ada dipampangkan sebuah pamflet berukuran kecil yang bertuliskan "Polindes Desa Lumban Suhi - Suhi Dolok". Jika saya tidak lupa ingat, dibawah nya dituliskan M. Sipayung.

Saya tidak tahu pasti apakah M. Sipayung tersebut pemilik rumah itu atau mungkin petugas pada kantor Polindes itu. Disebelah nya ada sebuah warung. Ketika saya memotret bangunan itu seorang anak gadis saya lihat duduk santai di warung itu. Tidak mau melewatkan nya, saya sempat menanyakan kepada gadis itu apakah benar rumah yang saya Foto kantor Polindes?. Dan apakah kantor itu aktif?.

Gadis itu menjawab dengan cepat "Ya, rumah yang bapak foto benar kantor Polindes di Desa ini dan masih aktif alias berfungsi". Namun sayang nya saya lupa menanyakan siapa nama anak gadis yang saya tanya i itu. Gadis berambut ikal, kulit hitam manis dan tingginya standar.

Tentu tidak hanya Padi di sawah dan Kantor Polindes itu yang saya foto. Saya juga tidak melewatkan untuk mengambil foto jalan menuju Desa Harapohan dan Lumban Suhi - Suhi Dolok yang saya lewati dengan menggunakan sepeda motor.

Sekilas saya kembali kebelakang tulisan ini, bila mana saudara yang belum pernah dan ingin bepergian ke Desa Harapohan dan Lumban Suhi - Suhi Dolok, disini saya informasikan kepada saudara sekalian, Jalan masuk menuju Desa Harapohan dan Lumban Suhi - Suhi Dolok adalah dari Simpang Harapohan yaitu dari Desa Lumban Suhi - Suhi Toruan.

Simpang itu hanya berjarak kurang lebih 6 kilometer dari Pusat kota Pangururan ibukota Kabupaten Samosir. Ya, jika anda bertanya kepada saudara kita yang tinggal seputaran ibukota, saya percaya bahwa sebagian besar pasti mengetahui nya.

Kita lanjut saja, dari Simpang Harapohan menuju Desa Harapohan dan Lumban Suhi - Suhi Dolok sesuai amatan saya dengan menggunakan Speedo meter sepeda motor saya yang masih berfungsi, panjang jalan hingga menuju Huta Binumbun yang awalnya menjadi tempat kunjungan saya untuk menghadiri sebuah acara pesta, panjang jalan berkisar 5 kilometer.

Namun saudara tahukah apa yang ingin saya sampaikan lewat tulisan dan foto yang akan saya bagikan kepada saudara sekalian?. Tentu saudara juga akan bisa melihat nya sendiri lewat foto yang saya ambil.

Tapi sedikit saya tuliskan disini, dari Simpang sampai menuju tempat pesta tersebut, saya tidak menemukan ada jalan yang layak dilalui. Semua hancur. Tapi saya melihat jalan itu sepertinya sudah pernah mendapat sentuhan dari Pemerintah. Karena saya melihat ada bekas pengaspalan disepanjang jalan. Namun untuk saat ini saya tidak mau membahas nya lebih dalam, apakah kualitas pembangunan nya yang kurang dan lain sebagainya.

Saya fokus hanya ingin menyampaikan kepada saudara sekalian apa yang saya lihat lewat tulisan ini. Dan saya rasa tidak ada salahnya jika kita saling berbagi pengalaman, pengetahuan, petualangan dan lain sebagainya yang kita pernah lihat, ketahui, lalui, lewati dan yang lainnya.

Saya lanjutkan kembali, saat di atas sepeda motor saya yang saya kemudikan dengan kecepatan 10 Km/jam dengan kata lain, bisa dikatakan selambat berjalan kaki, tiba - tiba saya melihat 20 meter didepan ada 3 orang Gadis mengenakan pakaian seragam sekolah.

Sebentar saya menyapa mereka. Tapi maklum anak sekolah, malu - malu tapi mau. Maaf, maksud saya masih malu jika diajak berbincang dengan orang yang sama sekali belum dikenal nya.

Saat saya menanyakan mereka belajar di sekolah mana, dengan wajah yang menunjukkan sedikit tidak pede atau percaya diri, serentak menjawab bahwa mereka dari SMA/SMK Karya Jaya Pangururan.

Sangat disayangkan, ketika saya menanyakan nama mereka, mereka tidak bersedia. Maklum masih beranjak dewasa alias masih ABG (Anak Baru Gede) seperti kata orang zaman sekarang. Tapi saya cukup berterimakasih kepada mereka bertiga. Walau hanya mau menjawab beberapa pertanyaan ku.

Beberapa pertanyaan lainnya  yang saya lontarkan adalah : Apakah kalian pergi dan pulang dari sekolah berjalan kaki?. Apakah tidak ada angkutan?. Bagaimana perasaan kalian?. Lantas apa jawaban mereka!!!.

Salah satu dari mereka menjawab "Ya, setiap harinya pergi dan pulang dari sekolah dengan berjalan kaki. Tidak ada angkutan ke Desa kami. Kalaupun ada, hanya setiap hari Rabu karena merupakan hari pekan besar di samosir. Itupun untuk membawa para Orangtua yang hendak berbelanja ke pasar. Ya, yang pasti sebagai manusia yang bisa merasakan suka dan duka, tentu kita merasa di anak tirikan".

Itulah jawaban salah satu dari mereka bertiga sembari meninggalkan saya begitu saja seperti orang yang tidak terpelajar. Tapi sekali lagi saya maklum akan sikap mereka. Mereka masih beranjak dewasa dan masih butuh pendidikan yang lebih banyak lagi. Dan sesungguhnya saya sangat berterima kasih kepada mereka bertiga, karena berkat mereka bertigalah saya bisa menambah bahan di tulisan saya ini.

Baik, saya kembali melanjutkan tulisan ini. Ada satu hal yang saya kagumi. Tepatnya dari Desa Lumban Suhi - Suhi Dolok. Disana saya melihat ada sebuah kantor yang cukup permanen. Tahukah saudara kantor apa itu?.

Ya langsung saja, kantor itu adalah kantor Badan Pengawas Desa (BPD) Desa Lumban Suhi - Suhi Dolok, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Sedikit yang saya tahu, BPD itu fungsinya hampir sama dengan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), hanya saja mereka memiliki kewenangan setingkat Desa. DPRD untuk tingkat Kabupaten.

Kenapa saya kagum, tentu karena melihat bangunan itu cukup bagus. Seandainya saja semua Desa sudah punya Sarana, Prasarana seperti itu, mungkin para petugas akan lebih betah berada dikantor selama jam bertugas. Namun sayang saya tidak bisa melihat bentuk ruangan dan fasilitas yang ada di dalamnya. Karena kantor itu tutup.

Tidak berhenti disitu saja, saya juga menyempatkan diri untuk mengambil foto Tugu Raja Manihuruk/ Boru Haloho yang berada Desa Harapohan. Apakah anda tahu kenapa saya menyempatkan diri untuk mengambil foto Tugu itu?.

Ya, akan saya jawab langsung. Tugu Raja Manihuruk/Boru Haloho tersebut sangat unik dan menarik. Bentuk bangunan nya menurut saya luar biasa dan lokasi nya cukup menawan hati. Di halaman nya tampak tumbuh subur rumput - rumput hijau yang mungkin di rawat secara rutin.

Menurut saya, Saudara sekalian juga yang ingin berkunjung kesana untuk melihat secara langsung Tugu Raja Manihuruk/Boru Haloho dan mengabadikan nya lewat kamera sambil foto selfi, saudara sekalian tidak akan merasa waktu dan perjalanan anda rugi.

Cukup sampai disini saja tulisan saya ini, untuk itu saya ucapkan terimakasih banyak buat saudara/i yang sudah meluangkan sedikit waktu untuk membacanya sampai tuntas. Dan bila menurut saudara/i sekalian merasa tulisan ini terlalu berlebihan atau menyinggung perasaan atau bahkan membuat anda tidak nyaman, tulisan ini tidak bermanfaat, tidak berarti dan amburadul, untuk itu saya mohon maaf yang sebesar - besarnya.

Dan saya tidak punya niat membuat tulisan ini menjadi sebuah intrik dan yang lainnya. Hanya sebatas ingin berbagi hal yang menurut saya Positif.

Tetapi apapun itu namanya, sebagai insan Ciptaan Tuhan yang di Anugerahi Akal dan Pikiran, saya secara pribadi turut merasakan apa yang saudara/i kita rasakan yang tinggal di Desa Harapohan dan Lumban Suhi - Suhi Dolok. Baik itu suka maupun duka. Namun menurut saya, Desa tersebut boleh dikatakan sebagai Desa Tertinggal. Belum seutuhnya menikmati arti atau makna dari "Merdeka".

Saya hanya berharap kepada Pemerintah agar kiranya sesegera mungkin memberikan hati untuk Desa Tertinggal yang selama ini belum dapat menikmati kemerdekaan itu dan juga kepada kita semua agar kedepannya mau saling berbagi. Tidak lagi hanya mementingkan kepentingan pribadi tetapi lebih kepada mementingkan kepentingan umum demi terwujudnya Indonesia Negara dan Bangsa yang makmur dan sejahtera.

Namun diatas segala - galanya "Semoga Tuhan yang Maha Kuasa Menghendaki kita semua boleh menikmati umur Panjang serta hidup damai dan bahagia di Bumi kita tercinta Indonesia".

By : Helbos Sitanggang


TRENDING TOPIKMore